Jumat, 09 Januari 2015

Manfaat Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Pada Usaha Kecil Menengah

Manfaat Menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 Pada Usaha Kecil Menengah

Kegiatan Industri yang banyak menyebabkan pencemaran lingkungan, saat ini banyak mendapat perhatian. Kini tiap industri tidak hanya ditantang untuk membuat produk berkuliatas saja. Namun industri juga harus memikirkan bagaimana untuk menimalisir dampak berbahaya bagi lingkungan. Baik dalam pemilihan bahan baku, proses produksi, sampai siklus hidup produk tersebut.

Tidak hanya industri besar saja yang menimbulkan dampak bagi lingkungan. Sejumlah limbah yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan juga berasal dari UKM.

Sistem manajemen lingkungan ISO 14001 yang mengacu pada sistem manajemen organisasi (yaitu seperangkat elemen yang saling terkait yang digunakan untuk menetapkan kebijakan dan tujuan dan untuk mencapai tujuan-tujuan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya) yang digunakan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan lingkungan kebijakan dan mengelola aspek lingkungan yang mematuhi standar ISO 14001.

Secara umum, sistem manajemen harus didasarkan pada kebijakan lingkungan yang mengandung karakteristik sebagai berikut:
1. Tujuan, metode, dan waktu untuk memenuhi persyaratan lingkungan dan
usaha sukarela;
2. Prosedur untuk menjaga dokumentasi yang sesuai berkaitan dengan
tujuannya;
3. Struktur didefinisikan dan tanggung jawab untuk setiap tugas bersama 
dengan ketersediaan sumber daya yang memadai;
4. Tindakan perbaikan dan pencegahan serta prosedur darurat;
5. Rencana pelatihan karyawan dengan update berkala untuk menentukan 
tujuan dari EMS, tanggung jawab, dan resiko; dan
6. Sebuah rencana untuk audit berkala kinerja organisasi dalam mencapai 
tujuan dan seberapa baik sistem manajemen lingkungan membantu 
organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Beberapa manfaat yang dirasakan dari penerapan ISO 14001 dalam usaha menegah kecil dapat digambarakn menjadi empat faktor utama yaitu:
1. Meningkatkan reputasi dan citra perusahaan
2. Meningkatkan semangat staf dan motivasi
3. Laba, kinerja dan peluang
4. Loyalitas pelanggan dan kepercayaan.

Selain itu,  manfaat yang dirasakan menerapkan ISO 14001 adalah kontrol yang lebih baik dalam bisnis, transparansi / keterbukaan, keuntungan pemasaran, pengurangan biaya, kurang cedera / kecelakaan lingkungan, penelitian lebih lanjut dan pengembangan, peningkatan efisiensi operasional, perusahaan gambar ditingkatkan dan budaya kerja yang lebih baik.

Untuk itu diperlukan sistem manajemen lingkungan yang baik. Baik untuk industri besar maupun usaha kecil menegah. Sistem manajemen lingkungan dimaksudkan untuk meresmikan prosedur untuk mengelola dan mengurangi dampak lingkungan. Industri menerapkan sistem tersebut untuk menjaga kepatuhan terhadap peraturan lingkungan, biaya lingkungan yang lebih rendah, mengurangi risiko, melatih karyawan, mengembangkan indikator dampak, dan meningkatkan kinerja lingkungan.





Sumber

1. Environmental Management System and ISO 14001 Certification for Construction Firms – Gwen Christini, Michael Fetsko, and Chris Hendrickson, M.ASCE
2. The Effect of ISO 14001 Environmental Management System Implementation on SMEs Performance: An Empirical Study in Malaysia - Goh Yen Nee, Nabsiah Abdul Wahid

Penilaian Daur Hidup Botol PET (Polyethylena Terephtalate) Pada Produk Minuman


Produk minuman teh yang pada awalnya dikemas dengan menggunakan kemasan botol gelas, saat ini beralih menggunakan kemasan botol PET. Bahan kemasan polyethylena terephtalate (PET) adalah suatu resin polimer plastik termoplastis dari kelompok poliester. Kecenderungan peningkatan limbah kemasan PET, berdampak negatif terhadap permasalahan lingkungan, dimana sebagian besar bahan kemasan plastik tidak dapat didaur-ulang oleh lingkungan, sehingga perlu dilakukan suatu pengkajian mengenai jenis kemasan yang paling baik terhadap lingkungan dengan menggunakan metoda Life Cycle Assessment (LCA).

LCA adalah suatu metoda yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu produk selama proses produksi atau aktivitas selama siklus hidupnya dan aliran bahan yang terjadi di dalam proses produksi produk tersebut.

Berdasarkan ISO 14040 (ISO 2006), kajian LCA dilakukan dalam empat tahap, yaitu: penentuan tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori, analisis dampak, dan interpretasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi siklus hidup kemasan botol PET pada produk minuman teh mencakup analisis inventori dari sisi kebutuhan bahan baku, kebutuhan energi pada proses produksi, dan menilai dampak pencemaran lingkungan, pengelolaan limbah, dan analisis biaya. Penelitian LCA kemasan PET dilakukan pada perusahaan minuman teh di Jawa Barat dan Jawa Timur.Tahapan penelitian terdiri dari pengamatan di lapangan, studi pustaka, dan pengolahan data LCA.

Hasil penelitian dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kajian LCA :

1. Tujuan dan ruang lingkup

Batasan atau ruang lingkup kajian meliputi proses produksi kemasan botol PET, pengguna (industri minuman teh), dan pengolahan limbah kemasan botol PET, dampak lingkungan dan analisis biaya. Ulasan dalam penelitian ini, telah membandingkan kategori dampak potensial pemanasan global (GWP), potensial pencemaran udara, potensi eutrofikasi (EP), penggunaan energi (EN), daur-ulang limbah PET, dan analisis biaya.

2. Analisis Inventori

Siklus hidup kemasan botol PET, diawali dengan proses produksi kemasan botol PET, kemudian kemasan botol PET yang telah selesai diproduksi digunakan untuk mengemas produk minuman teh. Produk tersebut akan disalurkan ke konsumen melalui distributor dan konsumen akan memanfaatkan produk tersebut sehingga dihasilkan limbah kemasan yang berpotensi mencemari lingkungan.

2.1.   Pabrik Kemasan Botol PET
Secara ringkas, kegiatan pabrik kemasan PET dalam memproduksi botol PET menggunakan bahan baku resin PET. Pengolahan dan pembentukan botol kemasan PET dalam bentuk sementara (preform) untuk dikirimkan ke pengguna atau pabrik minuman teh.

2.2. Pabrik Minuman Teh
Kegiatan pabrik pengguna kemasan PET adalah mengubah botol PET bentuk sementara (pre-form) menjadi bentuk botol kemasan PET (dalam hal ini kemasan botol volume 600mL), pengisian produk minuman teh (filling), pelabelan, pengemasan, dan distribusi dan transportasi produk teh kemasan PET ke konsumen. Selanjutnya, produk minuman tersebut dikonsumsi dan limbah kemasan botol PET dibuang atau dikumpulkan untuk didaur-ulang.

2.3.  Daur-ulang PET
Kegiatan daur-ulang limbah botol kemasan PET dimulai dari pengumpulan, pemilahan tutup botol dan label serta disortasi berdasarkan warna, kemudian botol diolah menjadi serpihan PET melalui tahapan proses penggilingan, pencucian, dan pengeringan.

3. Evaluasi Dampak Lingkungan

Cemaran lingkungan yang terjadi selama siklus hidup kemasan PET meliputi cemaran komponen fisik kimia (limbah udara, debu, kebisingan, limbah padat dan air limbah) dan komponen ekonomi.

3.1.  Komponen Fisik Kimia
Pada proses produksi kemasan botol PET, limbah yang dihasilkan dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu limbah padat, gas, debu, dan kebisingan. Pada proses produksi botol PET, dihasilkan debu akibat adanya pergerakan kendaraan pengangkut bahan baku, alat transportasi, dan penggunaan mesin produksi. Cemaran udara yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET berasal dari emisi mesin produksi. Untuk mengurangi pencemaran, sistem pengolahan debu yang dilakukan perusahaan adalah menggunakan exhause fan.

Mesin atau peralatan yang digunakan pada proses produksi kemasan botol PET menghasilkan kebisingan. Peningkatan limbah kebisingan dapat terjadi akibat meningkatnya kapasitas produksi dan menurunnya kondisi mesin. Upaya pengelolaan kebisingan yang dilakukan dengan cara perbaikan dan perawatan mesin produksi.

Limbah padat yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET berupa botol dan preform yang tidak memenuhi standar. Limbah padat tersebut tidak mendapatkan penanganan khusus melainkan dijual kepada industri olahan plastik. Limbah kemasan PET ini dikumpulkan dan didaur ulang di luar perusahaan.

Sementara limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET dihasilkan dari kegiatan MCK (mandi cuci kakus), sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.

3.2.  Komponen Sosial dan Ekonomi
Siklus hidup kemasan botol PET lebih banyak melibatkan pekerja dibandingkan dengan kemasan botol gelas, hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat akibat adanya proses daur ulang kemasan botol PET. Walaupun peningkatan pendapatan masyarakat melalui penyerapan atau penerimaan tenaga kerja tidak besar, namun diprakirakan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan mendorong terciptanya peluang usaha bagi masyarakat sekitar.

4. Biaya Produksi

Pada siklus hidup kemasan membutuhkan biaya, baik untuk membeli bahan baku maupun energi yang digunakan untuk mendukung proses produksi dan transportasi. Pada proses penanganan limbah kemasan, biaya yang dibutuhkan untuk menangani limbah kemasan botol PET jauh lebih besar dibandingkan botol gelas, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan yang dibutuhkan untuk menangani limbah botol PET.Tetapi harga jual limbah kemasan botol PET jauh lebih tinggi dibandingkan kemasan botol gelas, dikarenakan kualitas limbah kemasan botol PET lebih baik dibandingkan botol gelas.

5. Simpulan dan Saran

Siklus hidup kemasan botol PET dan proses produksinya menghasilkan limbah yang tentunnya berdampak negatif bagi lingkungan. Seperti limbah cair yang berasal dari MCK, meskipun tidak terlalu membahyakan lingkungan, ada baiknya jika saluran pembuangan MCK tersebut terkelola dengan baik. Karena hal itu berkaitan juga dengan sanitaasi. Lalu limbah padat yang dihasilkan dari botol-botol yang tidak memenuhi standar, sebaiknya dikurangi dengan memilih bahan baku yang berkulitas baik agar tidak banyak botol-botol yang cacat, sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan.

Sementara analisis biaya, harga jual kemasan botol PET adalah setengah dari harga jual botol gelas, sedangkan harga jual limbah serpihan PET tiga kali lebih tinggi dari pada pecahan gelas. Kemasan PET lebih praktis, murah dan hemat tetapi sulit didaur-ulang, sehingga kurang ramah lingkungan. Dalam hal ini berkaitan dengan pemilihan bahan baku kemasan PET. Baiknya menggunakan bahan PET yang bagus dan ramah lingkungan, sehingga dapat memperpendek siklus hidup kemasan botol PET .


Versi Word :)


Dibawah ini merupakan jurnal asli yang direview :)



Thank You :)

Dokumen Pelengkap AMDAL (UKL dan UPL)

Pencemaran Udara di Linfen China

Pencemaran Air dan Sifat Air Tercemar