Produk minuman teh yang pada awalnya dikemas dengan menggunakan
kemasan botol gelas, saat ini beralih menggunakan kemasan botol PET. Bahan
kemasan polyethylena terephtalate (PET) adalah suatu resin polimer
plastik termoplastis dari kelompok poliester. Kecenderungan peningkatan limbah
kemasan PET, berdampak negatif terhadap permasalahan lingkungan, dimana sebagian
besar bahan kemasan plastik tidak dapat didaur-ulang oleh lingkungan, sehingga
perlu dilakukan suatu pengkajian mengenai jenis kemasan yang paling baik
terhadap lingkungan dengan menggunakan metoda Life Cycle Assessment (LCA).
LCA adalah suatu metoda yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu produk selama proses
produksi atau aktivitas selama siklus hidupnya dan aliran bahan yang terjadi di
dalam proses produksi produk tersebut.
Berdasarkan ISO 14040 (ISO 2006), kajian LCA dilakukan dalam
empat tahap, yaitu: penentuan tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori,
analisis dampak, dan interpretasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi siklus
hidup kemasan botol PET pada produk minuman teh mencakup analisis inventori
dari sisi kebutuhan bahan baku, kebutuhan energi pada proses produksi, dan
menilai dampak pencemaran lingkungan, pengelolaan limbah, dan analisis biaya. Penelitian
LCA kemasan PET dilakukan pada perusahaan minuman teh di Jawa Barat dan Jawa
Timur.Tahapan penelitian terdiri dari pengamatan di lapangan, studi pustaka,
dan pengolahan data LCA.
Hasil
penelitian dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan kajian LCA :
1. Tujuan dan ruang lingkup
Batasan
atau ruang lingkup kajian meliputi proses produksi kemasan botol PET, pengguna
(industri minuman teh), dan pengolahan limbah kemasan botol PET, dampak
lingkungan dan analisis biaya. Ulasan dalam penelitian ini, telah membandingkan
kategori dampak potensial pemanasan global (GWP), potensial pencemaran udara,
potensi eutrofikasi (EP), penggunaan energi (EN), daur-ulang limbah PET, dan
analisis biaya.
2. Analisis Inventori
Siklus hidup
kemasan botol PET, diawali dengan proses produksi kemasan botol PET, kemudian kemasan
botol PET yang telah selesai diproduksi digunakan untuk mengemas produk minuman
teh. Produk tersebut akan disalurkan ke konsumen melalui distributor dan
konsumen akan memanfaatkan produk tersebut sehingga dihasilkan limbah kemasan
yang berpotensi mencemari lingkungan.
2.1. Pabrik Kemasan Botol PET
Secara ringkas,
kegiatan pabrik kemasan PET dalam memproduksi botol PET menggunakan bahan baku
resin PET. Pengolahan dan pembentukan botol kemasan PET dalam bentuk sementara
(preform) untuk dikirimkan
ke pengguna atau pabrik minuman teh.
2.2. Pabrik Minuman Teh
Kegiatan pabrik
pengguna kemasan PET adalah mengubah botol PET bentuk sementara (pre-form)
menjadi bentuk botol kemasan PET (dalam hal ini kemasan botol volume 600mL),
pengisian produk minuman teh (filling), pelabelan, pengemasan, dan
distribusi dan transportasi produk teh kemasan PET ke konsumen. Selanjutnya,
produk minuman tersebut dikonsumsi dan limbah kemasan botol PET dibuang atau dikumpulkan
untuk didaur-ulang.
2.3. Daur-ulang PET
Kegiatan
daur-ulang limbah botol kemasan PET dimulai dari pengumpulan, pemilahan tutup
botol dan label serta disortasi berdasarkan warna, kemudian botol diolah
menjadi serpihan PET melalui tahapan proses penggilingan, pencucian, dan
pengeringan.
3. Evaluasi Dampak Lingkungan
Cemaran
lingkungan yang terjadi selama siklus hidup kemasan PET meliputi cemaran
komponen fisik kimia (limbah udara, debu, kebisingan, limbah padat dan air
limbah) dan komponen ekonomi.
3.1. Komponen Fisik Kimia
Pada proses produksi kemasan botol PET,
limbah yang dihasilkan dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu limbah padat,
gas, debu, dan kebisingan. Pada proses produksi botol PET, dihasilkan debu akibat
adanya pergerakan kendaraan pengangkut bahan baku, alat transportasi, dan
penggunaan mesin produksi. Cemaran udara yang dihasilkan pada proses produksi
kemasan botol PET berasal dari emisi mesin produksi. Untuk mengurangi
pencemaran, sistem pengolahan debu yang dilakukan perusahaan adalah menggunakan
exhause fan.
Mesin
atau peralatan yang digunakan pada proses produksi kemasan botol PET
menghasilkan kebisingan. Peningkatan limbah kebisingan dapat terjadi akibat
meningkatnya kapasitas produksi dan menurunnya kondisi mesin. Upaya pengelolaan
kebisingan yang dilakukan dengan cara perbaikan dan perawatan mesin produksi.
Limbah
padat yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET berupa botol dan preform
yang tidak memenuhi standar. Limbah padat tersebut tidak mendapatkan
penanganan khusus melainkan dijual kepada industri olahan plastik. Limbah
kemasan PET ini dikumpulkan dan didaur ulang di luar perusahaan.
Sementara
limbah cair yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET dihasilkan
dari kegiatan MCK (mandi cuci kakus), sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.
3.2. Komponen Sosial dan
Ekonomi
Siklus
hidup kemasan botol PET lebih banyak melibatkan pekerja dibandingkan dengan
kemasan botol gelas, hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya kesejahteraan
masyarakat akibat adanya proses daur ulang kemasan botol PET. Walaupun
peningkatan pendapatan masyarakat melalui penyerapan atau penerimaan tenaga
kerja tidak besar, namun diprakirakan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat dan mendorong terciptanya peluang usaha bagi masyarakat sekitar.
4. Biaya Produksi
Pada siklus hidup
kemasan membutuhkan biaya, baik untuk membeli bahan baku maupun energi yang
digunakan untuk mendukung proses produksi dan transportasi. Pada proses
penanganan limbah kemasan, biaya yang dibutuhkan untuk menangani limbah kemasan
botol PET jauh lebih besar dibandingkan botol gelas, hal ini dikarenakan
banyaknya tahapan yang dibutuhkan untuk menangani limbah botol PET.Tetapi harga
jual limbah kemasan botol PET jauh lebih tinggi dibandingkan kemasan botol
gelas, dikarenakan kualitas limbah kemasan botol PET lebih baik dibandingkan botol
gelas.
5. Simpulan dan Saran
Siklus hidup kemasan botol PET dan
proses produksinya menghasilkan limbah yang tentunnya berdampak negatif bagi
lingkungan. Seperti limbah cair yang berasal dari MCK, meskipun tidak terlalu
membahyakan lingkungan, ada baiknya jika saluran pembuangan MCK tersebut
terkelola dengan baik. Karena hal itu berkaitan juga dengan sanitaasi. Lalu
limbah padat yang dihasilkan dari botol-botol yang tidak memenuhi standar,
sebaiknya dikurangi dengan memilih bahan baku yang berkulitas baik agar tidak
banyak botol-botol yang cacat, sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan.
Sementara
analisis biaya, harga jual kemasan botol PET adalah setengah dari harga jual
botol gelas, sedangkan harga jual limbah serpihan PET tiga kali lebih tinggi
dari pada pecahan gelas. Kemasan PET lebih praktis, murah dan hemat tetapi
sulit didaur-ulang, sehingga kurang ramah lingkungan. Dalam hal ini berkaitan
dengan pemilihan bahan baku kemasan PET. Baiknya menggunakan bahan PET yang
bagus dan ramah lingkungan, sehingga dapat memperpendek siklus hidup kemasan
botol PET .
Versi Word :)